In Memoriam Bratayana Ongkowijaya,SE,XDS.

Bratayana Ongkowijaya Mencari Teman Menjadi Xds (宣 道 士 - Xuan Dao Shi)

Spoc, Malang 17 September 2012

Bratayana Ongkowijaya, SE, XDS (歐 陽 子 文 - Auw Jang Tjoe Boen) lahir di Pekalongan - Jawa Tengah, adalah seorang aktifis Khonghucu, intelektual, sekaligus guru, dosen dan panutan kita semua. Beliau adalah seorang yang menganut Khonghucu sejak kecil karena memang kedua orang tuanya adalah tokoh Khonghucu. Ayah beliau pernah memimpin Tiong Hoa Hwe Kwan di Pekalongan sampai berakhirnya karena terjadi perubahan politik saat itu. Hobi Beliau sudah tidak terikat oleh sesuatu. Beliau memiliki prinsip, menjalani hidup di kehidupan yang lebih hidup . ”Hidup sepenuh hidup”.

Dalam kesempatan terbatas ini Spoc (study Park of Confucius) mencoba menggali pengalaman Beliau seputar agama Khonghucu dengan wawancara sebagai berikut :

(Spoc 1)

Anda saat sekarang ini menjadi orang yang super sibuk dengan berbagai undangan sebagai nara sumber baik diskusi, seminar maupun pendalaman Iman. Apalagi sejak meninggalnya Ws. Ongko Wijaya, MBA, Ph.D (tokoh Khonghucu) seolah-olah Anda menjadi ahli warisnya. Apa pendapat Anda tentang hal ini ?

(BO 1)

Hal ini dapat saya jelaskan sebagai berikut : Pendapat seperti yang Anda ungkapkan memang sangat melekat pada diri saya. Paling tidak ada beberapa hal yang mempengaruhi hal tersebut. Pertama, bahwa saya tumbuh besar bersama alm. Ws. Ongko dibimbing oleh orang tua yang sama, sebagai guru pertama kami dalam Iman Khonghucu. Kedua, alm. Ws. Ongko sebagai senior saya dengan segala kelebihannya, pada akhirnya menjadi kakak sekaligus guru saya menggantikan orang tua. Ketiga, ketika saya beranjak dewasa dan sudah berkeluarga alm. Ws. Ongko juga menjadi teman diskusi untuk pengembangan dan pendalaman.

Jadi, walau dengan kemampuan berbeda, karena tumbuh besar belajar bersama dari pendidik yang sama (orang tua), kemudian alm menjadi kakak sekaligus guru dan pada akhirnya menjadi teman diskusi, jelas saya sangat terpengaruh dengannya (pola belajar, berpikir, bertindaknya mirip) .

Karena kemampuan yang berbeda, sudah barang tentu action nya pun berbeda. Tapi karena dari akar yang sama, maka semangat dan action nya mirip walau tidak persis sama (seperti batang dan ranting). Itulah yang menjadikan orang mengganggap bahwa saya pewaris alm. Ws. Ongko (sepeninggalannya). Padahal tidak persis seperti itu, karena aktifitas dimulai secara bersamaan dan berjalan pararel. Hanya di pangsa yang berbeda. Ketika alm. Ws. Ongko masih hidup, sudah barang tentu orang cari Beliau (bukan cari saya). Sepeninggalan beliau, maka orang baru melirik saya, tidak ada rotan, maka akarpun jadi….he….he….he.

(Spoc 2)

Dalam satu keluarga, baik alm. Ws. Ongko maupun Anda sama sama berbakat dalam memahami bahasa Kitab. Bagaimana Orang Tua Anda mendidik sehingga bisa menghasilkan anak-anak seprti alm.Ws Ongko dan Anda sendiri?

(BO2)

Soal bahasa kitab, bukan masalah bakat atau tidak berbakat. Tetapi masalah kemauan dan keseriusan lebih dari itu yang paling dominan adalah masalah kebutuhan. Bagi saya yang buta huruf bahasa kitab karena memang tidak pernah (sempat) sekolah, menjadi kendala ketika mempelajari agama Khonghucu. Namun bersyukur, sempat mendapat pelajaran dasar dari orang tua (orang tua mengenalkan bahasa kitab ketika mendidik). Tetapi sepeninggalannya beliau kita menjadi kehilangan guru, padahal bahasa kitab sangat membantu dalam pembelajaran, pemahaman didalam belajar agama Khonghucu. Oleh karena kebutuhan tersebut, mau tidak mau harus belajar sendiri dan tentu harus dibarengi dengan kemauan dan keseriusan.

Sementara cara orang tua mendidik sangat luar biasa ! Pertama, dengan jadual tetap. Kedua, dengan metode pendekatan pada anak. Memahami kesukaan anak. Maka mereka memberikan punishment dan reward sesuai dengan kesukaan anak. Maksudnya, ketika anak tidak belajar dengan baik, maka akan dihukum dengan cara tidak diberi kesempatan untuk menikmati apa yang menjadi kesukaannya. Ini memotivasi anak belajar dengan serius.

Semua itu dilakukan dengan konsisten sehingga anak tidak bisa mencuri kesempatan. Pada akhirnya anak menjadi terbiasa dan serius dalam belajar, bahkan merasa kehausan. Pengajaran dimulai sesuai minat anak baru kemudian dikembangkan secara umum . Dilakukan evaluasai pemahaman anak dengan cara anak memberikan presentasi kemudian diadakan tanya jawab. Didalam tanya jawab inilah pelajaran sesungguhnya dilakukan (terjadi diskusi). Anak diberi kesempatan berpendapat, karena agama khonghucu sangat filosofis sifatnya. Dan pendapat anak dihargai dengan tidak pernah menyalahkan, tetapi diajak diskusi sembari diberikan pemahaman untuk meluruskan.

Itulah yang menjadikan anak keranjingan untuk belajar dan sangat mempengaruhi sepak terjangnya. Semua itu menjadikan anak tumbuh minat belajar dan percaya diri.

(Spoc 3 )

Spoc mengamati bahwa Anda berbeda dengan alm Ws. Ongko dalam kapasitas predikat. Ws. Ongko menempuh jalur Rohaniawan ( Ws) sementara Anda menempuh jalur intelektual ( XDS ). Apa sih sebenarnya perbedaan itu ? Mengapa Anda lebih enjoy life pada posisi itu ?

(BO 3)

Sepengetahuan saya, predikasi rohaniawan Ws. Ongko itu terjadi karena terkondidikan. Ketika masih di SMA , Beliau sudah mengajar dan ceramah di berbagai tempat bahkan masuk kampus. Untuk itulah predikasi rohaniawan (Jiao Sheng) diberikan agar ada legimitasinya. Berikutnya karena sering menatar rohaniawan dan diantaranya ada yang Wen Shi, maka Beliau di Li Yuan Wen Shi agar tidak ada kesenjangan. Lain halnya dengan saya. Saya memang menolak predikasi rohaniawan karena alasan pribadi. Dan predikasi Xuan dao Shi itu juga terkondisikan. Untuk memenuhi kebutuhan pengajar agama Khonghucu di Universitas dan yang sederajat. Sekaligus untuk memotivasi aktivis/tokoh/agamawan/rohaniawan agar mau membuat Thesis dan diuji secara terbuka sebagai keabsahan dari predikasi XDS. Jadi saya adalah “korban” proyek percontohan (pilot project) dari Deroh Matakin dalam menuju standarisasi keprofesionalan tenaga pengajar (yang sudah sangat mendesak kebutuhannya)

(Spoc 4)

Ini bukan pilot project, terbukti Ws. Buanajaya Bing juga telah lulus dalam program itu ? apa rencana Anda selanjutnya setelah ditinggalkan Ws. Ongko selama lamanya ?

(BO 4)

Setahu saya belum ada yang menyusul menjadi XDS setelah saya. Jadi sementara ini, saya masih XDS satu satunya bahkan didunia ….he….he…he.

Dengan kepergian Ws. Ongko, jelas saya sangat kehilangan. Karena selain saya kehilangan kakak tercinta, saya juga kehilangan orang yang bisa saya ajak diskusi (tempat saya bertanya). Namun kesedihan tidak boleh berlarut-larut, kita harus tegar, tabah dalam menggenapi kewajiban hidup. Sebagai pemuliaan hubungan dalam laku bakti (Tian-Di-Ren). Saya menghimbau agar segera ada banyak yang menyusul menjadi XDS.

(Spoc 5 )

Anda begitu padat jadwal kunjungan, sehingga sulit mencari Anda. Apakah sebenarnya bisnis Anda sehingga seolah olah rejeki datang sendiri dengan kesibukan di lembaga agama ini ?

(BO 5)

Ya, memang selalu ada opportunity cost ketika harus memilih skala prioritas. Kita tidak bisa mendapatkan semua keinginan kita, namun paling tidak kita bisa menikmati apa yang kita punya (dapatkan). Artinya, kita syukuri apapun yang bisa kita dapatkan disamping tentu ada putusan yang logis untuk kepentingan yang lebih besar. Ini semua dilakukan dengan penuh tanggungjawab dengan segala konsekwensi logisnya. Dan masalah rejeki pasti sangat relative (subyektif). Orang yang satu dengan lainnya pasti berbeda pertimbangannya. Disini harus ada keseimbangan antara kebahagiaan dengan kepuasan. Selama kita bisa menjaga keseimbangan tersebut, maka tidak akan menjadi masalah. (合 鬼 與 神 教 之 至 也 - 禮 記 祭 義 ; He Gui Yu Shen, Jiao Zhi Zhi Ye - Li Ji Ji Yi ; Berpadu harmonisnya Gui dan Shen, itulah tujuan tertinggi pengajaran agama).

(Spoc 6 )

Kemanapun Anda pergi, isteri selalu ikut. Begitu besar dorongan isteri kepada Anda dalam tugas suci ini. Bagaimana dengan anak -anak Anda selama ini ?

( BO 6)

Isteri tidak selalu ikut, walau memang sering ikut juga. Keluarga (istri dan anak-anak memang support penuh) kadang saya masih mempertimbangkan dengan kepentingan lain (misalnya Keluarga), mereka malah yang memberi keputusan untuk kepentingan keluarga tidak perlu dijadikan beban. Dan anak anak sejak kecil sudah terdidik untuk mandiri, sehingga tidak masalah ketika banyak ditinggal. Dan yang penting, saya juga mendidik mereka secara Khonghucu sehingga mereka memahami aktifitas orangtuanya bahkan sering terlibat dan membantu.

(Spoc 7)

Apa yang Anda cita-citakan tentang Agama Khonghucu kedepan ini ?

Kedepan, harapan saya akan agama Khonghucu adalah bagaimana agama Khonghucu bukan hanya menjadi agama bagi pemeluknya, namun lebih dari itu menjadi sumber acuan dalam pegangan hidup manusia secara umum (tidak lagi terkotak-kotak). Seperti yang dicita-citakan Nabi Khongcu, yakni 大 同 世 界 - Da Tong Shi Jie ; Dunia dalam Kebersamaan Agung.

Data Pribadi :

Nama : 歐 陽 子 文 - Auw Jang Tjoe Boen (Bratayana Ongkowijaya)

TTL : Pekalongan, 11 - 1 - 1961 (25 - 11 - 2511)


BAGIKAN

Whatsapp Facebook Twitter