MATAKIN Resmikan Pembangunan Makam Djiauw Kie Siong

Minggu, 16 Agustus 2020 MATAKIN dan MAKIN Karawang menggelar upacara sembahyang di makam Djiauw Kie Siong untuk napak tilas perjuangan kemerdekaan RI. Acara yang dihadiri Ketua Umum MATAKIN, Xs. Budi S. Tanuwibowo, Ws. Wawan Wiratma, Dq. Yodin Susanto, Js. Wawan Kurniawan, Dq. Gianti Setiawan, Js. Pindawati beserta pengurus MATAKIN dan umat MAKIN Karawang ini digelar dengan sederhana mengingat situasi saat ini (baca : pandemik covid 19).


Bukan saja menggelar sembahyang untuk memperingati 75 tahun peristiwa Rengasdengklok, pada kesempatan itu MATAKIN dan MAKIN Karawang beserta keluarga meresmikan pembangunan makam (Bongpai) Djiauw Kie Siong, seorang pejuang yang selalu mengamalkan nilai-nilai ajaran Khonghucu untuk menjunjung, menjaga dan merawat tanah air dari generasi ke generasi.

Menurut Xs. Budi S. Tanuwibowo, ketua umum MATAKIN perbuatan Djiauw Kie Siong mengikhlaskan kediamannya menjadi tempat persinggahan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga kerelaan keturunannya untuk menjadikannya sebagai cagar budaya ini sangat selaras dengan ajaran Khonghucu seperti yang tersurat dalam kitab Sishu, "Berjuanglah tanpa pamrih, soal hasil serahkan pada Tian, Tuhan Yang Maha Esa. Hormati tanah airmu, rumahmu, agar orang lain pun menghormatinya. Sungaiyang bersih akan mendapat kehormatan mencuci topi. Sungai yang kotor hanya pantas mencuci kaki".

"Perbuatan beliau yang mengikhlaskan rumahnya untuk dijadikan persinggahan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta dalam memperjuangkan kemerdekaan RI dan kerelaan keturunanya menjadikannya sebagai cagar budaya sangat selaras dengan ajaran Kongzi yaitu Xiao berbakti pada tanah airnya.” Ucap Budi

Acara yang diawali dengan sembahyang di kediaman Djiauw Kie Siong dilanjutkan dengan pembukaan selubung Bongpai oleh keluarga yang diwakili Janto Djoewari (cucu), Melissa Felanny (cicit) bersama dengan perwakilan MATAKIN a.l Xs. Budi S. Tanuwibowo, Ws. Wawan Wiratma serta Dq. Yodin Susanto dan Nyonyasebagai tanda selesainya dibangun makam Djiauw Kie Siong yang diarsiteki oleh Js. Wawan Kurniawan, tokoh Khonghucu asal Karawang.

Wawan menyebut bersyukur acara peresmian pembangunan makam ini bisa berjalan dengan lancar dan berharap kedepan bangsa Indonesia bisa lebih peduli dan dapat menghargai sejarah bangsa.

"Saya bersyukur acara hari ini bisa berjalan lancar, semoga ke depan kita sebagai warga bangsa Indonesia bukan hanya peduli dan menghargai jasa-jasa para pahlawan tetapi bisa lebih peduli terhadap sejarah bangsa ini sehingga ke depan Indonesia akan lebih maju", kata Wawan.

Budi menegaskan, Indonesia adalah negeri untuk semua warga. Semua untuk semua, melintasi sekat agama, etnisitas, budaya, dsb. Maka layaklah bila disimbolkan dengan bhinneka tunggal ika yang digenggam dan dijaga erat Garuda Pancasila. Kedepan Budi berharap tidak ada lagi ujaran-ujaran kebencian terhadap sesama warga bangsa apapun latar belakang primordialnya.

Lalu siapakah Djiauw Kie Siong itu?

Nama Djiauw Kie Siong belakangan muncul ketika momen detik-detik kemerdekaan Indonesia tiba. Beliau merupakan seorang petani kecil beretnis Tionghoa yang masih memegang teguh kepercayaan leluhurnya, Khonghucu. Beliau pemilik rumah yang menjadi persinggahan Soekarno dan Mohammad Hatta ketika diungsikan untuk merumuskan naskah proklamasi oleh para pemuda ke Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Dirumah tersebut para pemuda mendesak Presiden Soekarno dan Moh. Hatta untuk mempercepat kemerdekaan RI. Rumah beliau dipilih karena lokasinya cukup terpencil dan jauh dari markas PETA (Pembela Tanah Air) sehingga dianggap aman karena tidak mencolok.

Dari keikhlasannya meminjamkan rumahnya yang ternyata memiliki peranan penting dalam proses kemerdekaan RI, akhirnya membuat pemerintah menetapkan kediaman milik Djiauw Kie Siong ini sebagai cagar budaya yang harus dijaga keasliannya agar generasi ke depan dapat mempelajari sejarah bangsa dengan lebih baik, bahkan saat ini kediaman Djiauw Kie Siong dijadikan salah satu tujuan wisata sejarah Republik Indonesia.

Djiauw Kie Siong sendiri merupakan seorang petani disekitar sungai citarum dan pembuat peti mati. Pria kelahiran tahun 1880 di Desa Pacing, Sambo, Karawang ini juga disebut pernah tergabung sebagai tentara PETA , beliau wafat pada tahun 1964 karena sakit paru-paru yang dideritanya. Semasa hidupnya beliau memilki satu saudara dan sembilan anak dari dua perkawinan.


Foto bersama Pengurus MATAKIN dan MAKIN Karawang bersama cucu Djiauw Kie Siong dikediamannya, Rengasdengklok pada 16/8/2020


Penyerahan Kenang-kenangan oleh (kanan) Yodin Susanto (Pengurus MATAKIN) kepada cucu Djiauw Kie Siong, Janto Djoewari



Ws. Wawan Wiratma menyerahkan peralatan sembahyang kepada keluarga Djiauw Kie Siong


Ketua Umum MATAKIN, Xs. Budi S. Tanuwibowo berfoto dialtar Djiauw Kie Siong dikediamannya di Rengasdengklok


Pembukaan selubung makam Djiauw Kie Siong oleh (kanan) Janto Djoewari (cucu) dan (kiri) Melissa Felanny (cicit)


Pembukaan selubung makam Djiauw Kie Siong oleh (kiri-kanan) Xs. Budi S. Tanuwibowo, Wawan Wiratma, Yodin Susanto dan Nyonya



Makam Djiauw Kie Siong yang telah selesai dibangun


Foto bersama rombongan MATAKIN bersama keluarga usai peresmian pembangunan makan Djiauw Kie Siong


(kanan) Xs. Budi S. Tanuwibowo, Ketua Umum MATAKIN dan (kiri) Yodin Susanto berfoto di makam Djiauw Kie Siong



Ws. Wawan Wiratma (kiri) berfoto bersama Xs. Budi S. Tanuwibowo dimakam Djiauw Kie Siong setelah acara selesai



MAKIN Karawang berfoto bersama di makam Djiauw Kie Siong


Suasana sembahyang dihadapan altar Djiauw Kie Siong dikediamannya






BAGIKAN

Whatsapp Facebook Twitter