Presiden Jokowi bertemu dengan 8 tokoh lintas agama di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Selasa (2/6). Hadir dalam pertemuan itu, KH. Muhyiddin Junaidi (MUI), H Helmy Faishal Zaini (PBNU), Abdul Mukti (PP Muhammadyah), Pdt. Gomar Gultom (PGI), Ignatius Kardinal Suharyo (KWI), Wisnu Bawa Tenaya (PHDI), Arief Harsono (Permabudhi) dan Xs Budi Santoso Tanuwibowo (Matakin).
Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi meminta tokoh agama untuk ikut berperan memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam menghadapi kehidupan normal yang baru. Menurut Jokowi ada 102 kabupaten/kota yang tidak ada kasus sama sekali sehingga di daerah ini bisa berlangsung kehidupan yang normal baru.
Jokowi pun mengatakan alat-alat kesehatan untuk mengatasi Covid-19 sudah sangat mencukupi. Mulai dari APD, PCR hingga ventilator, Indonesia sudah bisa memproduksi sendiri. Beliau juga menyampaikan prediksi lembaga-lembaga keuangan dunia dimana Indonesia (tumbuh 0,5%) menjadi salah satu dari tiga Negara yang pertumbuhan ekonominya positif, dua diantaranya ada India (1,9%) dan Tiongkok (1,2%). Pemerintah mulai mempersiapkan pembukaan kembali aktivitas perekonomian dan ibadah secara bertahap.
Terkait wacana pembukaan kembali sekolah dan pesantren, Presiden mengatakan belum ada keputusan mengenai hal tersebut, mengingat pemerintah harus berhati-hati terhadap nasib 54 juta siswa Indonesia.
Lebih lanjut Jokowi menyebutkan bahwa tahun ini pemerintah memutuskan tidak akan memberangkatkan haji, karena pihak Saudi Arabia belum memberikan signal apakah akan menyelenggarakan haji atau tidak sampai dengan saat ini (2/6), sehingga pemerintah mengambil keputusan tersebut.
Xs. Budi S. Tanuwibowo (MATAKIN) yang hadir pada pertemuan tersebut menyampaikan terima kasih atas undangan Presiden dan tak lupa memberikan ucapan Selamat Idul Fitri untuk Presiden, Wapres dan Mensesneg yang hadir pada saat itu. Menurut Budi untuk mengatasi Covid 19 masyarakat harus bersatu dan sebaiknya Presiden juga mengundang dan mengajak Tokoh Nasional dan Tokoh Politik untuk membahas perkembangan Covid 19 ini.
“Untuk mengatasi Covid ini kita semua harus dan wajib bersatu”, ucap Budi.
“Ada baiknya Bapak Presiden juga mengundang Tokoh Nasional dan Tokoh Politik untuk membahas persoalan bersama ini, sehingga segala aspek dan sudut pandang akan mendapatkan perhatian yang akhirnya kita berharap dampak sampingannya yang kurang produktif dapat diperkecil”. Tambah Budi
Budi pun menanggapi wacana pemerintah untuk membuka kembali kegiatan ibadah.
“Terkait dengan wacana pembukaan kembali rumat-rumah ibadah Budi menjelaskan bahwa umat Khonghucu menjalankan protokol kesehatan dengan baik, dan bahkan MATAKIN tidak ingin mendorong kegiatan beribadah bersama cepat-cepat sebelum pandemi benar-benar mereda. Dan jika pun nanti dilakukan akan dalam format pendek dan dibarengi kegiatan bakti sosial. “ ucap Budi
Terakhir Budi berharap pemerintah berhati-hati dan harus selektif jika ingin melonggarkan PSBB. Hati-hati karena grafiknya masih menaik dan fluktuatif. Apalagi ada kemungkinan gelombang kedua, dst.
“Kami berharap pemerintah dapat berhati-hati melonggarkan PSBB, harus selektif. Jangan sampai malah menimbukan dampak yang lebih luas. Setiap rencana atau wacana tentang penanganan Covid yang belum matang jangan dishare ke masyarakat agar tidak menimbulkan kerancuan dan kebingungan. Bantuan sosial di masa mendatang perlu penanganan lebih efektif agar tidak tumpang tindih. Sebaiknya kelompok berpenghasilkan rendah dan yang perlu dibantu dibukakan rekening bank khusus agar mekanisme bantuan lebih cepat, langsung dan efektif. “ tutup Budi.