Yogyakarta – Mahasiswa Khonghucu Universitas Gadjah Mada bersama DPN PAKIN selenggarakan Kebaktian Tahun Ajaran Baru dan Diskusi Lintas Iman di Fasilitas Rohani Khonghucu - Da De Miao UGM pada tanggal 06 September 2025 yang dihadiri sekaligus dinarasumberi oleh Xs. Budi S. Tanuwibowo Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN). Usung Tema “Nilai Khonghucu masih relevan di era digital?” Diskusi dihadiri lebih dari 50 peserta yang terdiri dari Mahasiswa Khonghucu Universitas Gadjah Mada dan Universitas lainnya, Ketua MAKIN Yogyakarta, MAKIN Solo, Pemuda Khonghucu Solo, Gusdurian Yogyakarta, Studi lintas agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Alumni CRCS (Center for Religious and Cultural Studies) Universitas Gadjah Mada dan Ibu Evi Sutrisno Dosen Khonghucu Universitas Gadjah Mada.
(Foto
bersama seluruh peserta Kebaktian dan Diskusi)
Diawali
dengan Kebaktian bersama sebagai bentuk ungkapan syukur dan pengharapan kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan tak luput turut memanjatkan doa bagi bangsa dan negara
Republik Indonesia, dengan harapan agar kondisi negara senantiasa berada dalam
keadaan yang aman, damai, dan kondusif.
(Suasana
kebaktian)
Dengan
perkembangan zaman dan teknologi dimana semuanya bergerak secara cepat dan
masif, agama menjadi penengah untuk menyelaraskan perkembangan tersebut. Pertanyaannya
adalah apakah nilai agama saat ini masih dibutuhkan dan relevan di era digital
saat ini? Menjawab pertanyaan tersebut, Xs. Budi menerangkan perspektif nilai
Khonghucu dan relevansinya di era digital saat ini.
“Agama
diyakini mampu menjawab tantangan zaman dan tetap masih relevan apabila
dipahami secara komprehensif dan seimbang, tidak terlalu jomplang ke sisi
ritual belaka, tapi juga harus mampu untuk : (1) mengejawantahkan nilai-nilai
Ketuhanan, Kebajikan, (2) mampu meninggikan dan menjalankan Laku Bakti mulai
dari yang dekat ke yang jauh, dimulai pada orangtua, keluarga, masyarakat,
bangsa dan kemanusiaan, dan lingkungan, (3) mendukung dan memberi landasan
moral terhadap kemajuan iptek, (4) meninggikan dan menghormati tatanan dan
hubungan sosial dari lingkup yang paling sempit sampai yang lebih luas, (5)
menghargai kearifan lokal, adat-istiadat budaya, dan mampu mengambil sisi
positifnya tanpa berlaku ekstrim menampilkan wajah atau warna yang kontras
berbeda, (6) agama harus mampu menjadi contoh dan teladan dalam pembaruan kehidupan
masyarakat, tidak terkungkung pada kebiasaan masa lalu yang sudah tidak
relevan, (7) lebih banyak bicara dan menekankan pentingnya pendidikan budi
pekerti luhur, karena esensi agama adalah Cinta dan Tepasalira.” Jelas Xs. Budi.
(Pemaparan
oleh Xs. Budi S. Tanuwibowo)
Diskusi
berlangsung hangat dan penuh antusias dari peserta, beberapa turut menanyakan
terkait isu yang tengah hangat diperbincangkan yakni mengenai pemerintahan
Indonesia saat ini. Xs Budi menjawab pertanyaan dari Mahasiswa perihal bagaimana
mengatur pemerintahan yang baik menurut pandangan Khonghucu, menurut nya sebuah
negara yang kuat tidak hanya ditopang oleh kecukupan persenjataan, pemenuhan
kebutuhan pangan, dan akses pendidikan yang layak, tetapi yang jauh lebih
mendasar adalah adanya kepercayaan dari rakyat terhadap pemerintah. Tanpa
kepercayaan rakyat, fondasi negara akan rapuh dan tidak akan mampu berdiri
kokoh dalam jangka panjang. Oleh karena itu, sudah menjadi keharusan bagi
pemerintah untuk melakukan perubahan yang nyata dan berpihak kepada kepentingan
rakyat, guna membangun kembali kepercayaan tersebut dan memastikan
keberlangsungan serta stabilitas negara. Selaras dengan sabda Nabi Kongzi dalam
Lun Yu XII : 7 “Dalam menjalankan pemerintahan dan Negara harus cukup pangan,
cukup persenjataan dan kepercayaan rakyat. Kalau terpaksa ada yang tidak dapat
dipenuhi dari ketiganya, lalukan persenjataan. Jika terpaksa dari keduanya ada
yang tidak dapat dipenuhi maka lalukanlah pangan. Sejak zaman kuno selalu ada
kematian, akan tetapi tanpa kepercayaan rakyat maka negara tidak dapat berdiri.”
(Pemaparan
oleh Xs. Budi S. Tanuwibowo)