Dialog Antar Agama Masyarakat Indonesia di Eropa yang berlangsung sejak 30 Juni-2 Juli 2018 di Villa Aurelia, Roma, pada 1 Juli 2018 menghasilkan “Deklarasi Roma” yang merupakan kesepakatan dan komitmen bersama dari perwakilan diaspora Indonesia sebanyak 47 orang dari 22 negara di Eropa dan juga diikuti olehTokoh Agama dari Indonesia.
Ada 8 butir kesimpulan dalam deklarasi Roma tersebut, yaitu :
1. Kemajemukan agama, suku, budaya dan bahasa adalah anugerah Tuhan dan keniscayaan yang harus dipelihara, dijaga dan dikembangkan bersama.
2. Indonesia dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dibangun atas dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 adalah “rumah bersama” dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika yang harus dirawat bersama - sama.
3. Tenggang rasa dalam kemajemukan menjadi kebanggaan sekaligus tanggung jawab bersama karena Kerukunan ini menjadi rujukan dalam dunia internasional.
4. Kesungguhan hati dan keterbukaan sikap dalam semangat kebersamaan, gotong royong, saling pengertian, penghargaan, dan persaudaraan dari pemerintah dan semua anak bangsa hendaknya diwujudkan secara berkesinambungan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Masyarakat Indonesia tidak menggunakan agama dan simbol keagamaan demi kekuasaan politik sementara.
6.Mengajak agar umat beragama menampilkan wajah ramah dan terbuka dalam persaudaraan, keimanan dan kemanusiaan.
7. Seluruh anak bangsa Indonesia, kendati berbeda agama, akan tetapi terikat dalam persaudaraan sebangsa dan setanah air, karena semua berasal dari satu Rahim Ibu Pertiwi Indonesia.
8. Mengajak semua masyarakat Indonesia yang tersebar di seluruh dunia perlu membentuk komunitas-komunitas-komunitas lintas agama yang terbuka untuk saling bekerjasama dalam kehidupan sehari-hari.
Dialog yang diprakarsai Kedutaan Besar RI untuk Takhta Suci Vatikan ini dibuka pada 30 Juni 2018 oleh Duta Besar Antonius Agus Sriyono. Dalam sambutannya, Dubes mengharapkan dialog antaragama tidak hanya menyentuh tataran elit dalam masyarakat Indonesia namun terutama perlu melibatkan lapisan “akar rumput”. Melalui dialog ini diharapkan tumbuhnya sikap saling pengertian diantara pemeluk agama yang berbeda sehingga terwujud kehidupan harmonis dalam masyarakat Indonesia yang majemuk.
Hadir pula sebagai narasumber, Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, Prof Dr Din Syamsuddin, Sekjend Kementerian Agama RI, Prof Dr. H. Nur Syam dan Staf Ahli Menlu Bidang Sosbud dan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia di Luar Negeri. Dari Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kemenag RI, Ferimeldi, Ph.D dan Dr Ubaidillah. Hadir pula Dubes Indonesia untuk Italia, Malta dan Siprus, Esti Andayani, dan Dubes Indonesia untuk Ukraina Yuddy Chrisnandi.
Selain itu hadir para tokoh agama dari Indonesia yaitu Prof. Abdul A’la (Islam), Pdt. Dr. Henriette T Hutabarat-Lebang (PGI), , Mgr. Dr. Andarianus Sunarko OFM (Katolik) ), Mayjend (Purn) Wisnu Bawa Tenaya (Hindu), Philip K. Widjaja (Budha), dan Uung Sendana L. Linggaraja (Ketua Umum Matakin). Para tokoh agama diminta membagi pandangan dan pengalaman menyangkut toleransi di Indonesia.
Harian Kompas, 6 Juli 2018
Pada kesempatan tersebut, perwakilan tokoh-tokoh Agama Indonesia bersama Sekjend Kementerian Agama RI berkenan mengunjungi gereja Katolik Roma - Vatikan dan diterima oleh Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin (orang kedua setelah Paus Fransiskus) pada Rabu 4-7-2018 di Palazzo Apostolico, Vatikan.
*Diolah dari berbagai sumber.