Komitmen Rayakan Kebhinnekaan, GOI Selenggarakan Imlek Virtual

Jakarta-- Dalam rangka merekatkan kembali semangat solidaritas dan optimisme masyarakat Indonesia di tengah pandemi Covid-19, Gerakan Optimisme Indonesia (GOI) menyelenggarakan Panggung Budaya Imlek Indonesia tahun 2572 Kongzili yang akan dilaksanakan secara daring pada Jumat (26/2).

"Kami memang akan mengadakan kegiatan-kegiatan hari besar keagamaan dan nasional. Kami mengadakan event Imlek virtual ini sebagai bentuk solidaritas kami kepada saudara-saudara Khonghucu yang pernah mengalami diskriminasi pada zaman Orde Baru," tulis Michael Sebastian Prihartono selaku ketua panitia saat dimintai konfirmasi media melalui pesan WhatsApp.

Pria tersebut menambahkan, pihaknya tidak mempermasalahkan dengan adanya perbedaan pendapat terkait apakah Imlek merupakan hari besar keagamaan atau merupakan perayaan budaya Tionghoa.

"Buat kami, kami gak mau masuk ke (ranah) situ. Tapi bahwa saudara Khonghucu meyakininya sebagai ritual keagamaan, maka kami berikan porsi itu. Karena buat kami ini termasuk ritual keagamaan Khonghucu sebagaimana ditetapkan pemerintah dan kami apresiasi itu," lanjutnya.

Seperti diketahui, Panggung Budaya tersebut mengusung tema "Menebarkan Optimisme untuk Indonesia" dengan menghadirkan ucapan-ucapan sejumlah pejabat kementerian, tokoh, penampilan budaya Tionghoa, musik religi, serta penampilan live musik.

Tema yang diusung dalam Imlek GOI menurut Michael, sangat relevan dengan kondisi kebangsaan saat ini. "Saat ini di tengah pandemi, di tengah keributan antarsesama anak bangsa, energi Optimisme indonesia kami lihat makin meredup. Padahal Indonesia punya energi yg sangat baik yg ini harus ditularkan," lanjutnya.

Oleh sebab itu, tambah dia, GOI menyelenggarakan acara-acara untuk menebarkan optimisme Indonesia. "Bahwa Indonesia itu hebat, kuat, solid, masyarakat Indonesia itu sangat ramah tamah, saling membantu, dan kita tidak mudah terpecah belah," tegas Michael.

Sementara itu, Dewan Pengarah GOI Nia Sjarifuddin mengungkapkan, kegiatan tersebut terselenggara atas komitmen GOI untuk merayakan perbedaan serta mensyukurinya sebagai karunia Tuhan yang luar biasa. "Karena keberagaman itu jati diri bangsa yang tak boleh dilemahkan apalagi dihilangkan," Lanjut Nia.

Saat pandemi ini, tambahnya, GOI menyesuaikan dengan kondisi terkini. Sehingga mengadakan serangkaian kegiatan secara virtual. Hal tersebut menurut dia, untuk mempertahankan tradisi silaturrahmi dan memperkuat persaudaraan antar sesama anak bangsa.

"Ini juga sebagai strategi dalam mengelola keberagaman menjadi harmoni kehidupan yang tidak saja akan melahirkan toleransi semata, tapi juga mempertahankan karakter solidaritas atau gotong royong bangsa Indonesia," tegasnya.

Harapan Besar Untuk Indonesia

Dalam tantangan global saat ini menurut Nia, Indonesia seharusnya jadi inspirasi dunia dalam pengelolaan keberagaman. Karena itu, pihaknya mengingatkan kembali tujuan "Jasmerah" bangsa Indonesia. "Apa lagi kalau bukan menghormati kemerdekaan sebagai perwujudan akan terciptanya perdamaian dunia,"

Pesan pada pembukaan konstitusi tersebut menurutnya merupakan bentuk refleksi bijak dari sejarah bangsa Indonesia yang merdeka setelah perjuangan panjang selama lebih sari tiga abad.

Sementara itu secara terpisah, Sekretaris Eksekutif Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) sekaligus Dewan Pengarah GOI Pdt Jimmy Sormin berharap dengan terselenggaranya acara tersebut, masyarakat bersama-sama semakin solid dalam merajut persaudaraan, dan optimisme dalam menghadapi berbagai krisis yang melanda.

"Sehingga ke depan apapun yang akan kita hadapi, dengan semangat kebersamaan dan optimisme, kita dapat menghadapinya dengan tangguh, juga menciptakan keadilan dan perdamaian," jelasnya.

 

Pihaknya melanjutkan, konsolidasi ini merupakan salah satu upaya yang sangat baik dan perlu untuk dikembangkan baik dalam berbagai kegiatan berikutnya maupun dalam hal-hal yang tidak perlu diperlihatkan secara publik.

"Tetapi, konsolidasi-konsolidasi ini kita usahakan supaya terus berjalan dan semakin berkembang demi kemajuan bangsa, demi keadilan dan perdamaian di sekitar kita," pungkasnya.

Respons Baik dari MATAKIN

Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) sebagaimana dihubungi melalui pesan WhatsApp, mengungkapkan apresiasinya terhadap kegiatan tersebut. Menurutnya, setiap hari rata dari agama apapun pasti memiliki banyak sisi, aspek, maupun dimensi.

"Ada sisi spiritual, agamis, sosial, budaya, ekonomis, politis, dan sebagainya. Pada sisi spiritual dan agamis, silakan diyakini oleh pemeluk agama atau keyakinan masing-masing. Dalam sisi politis, atau yang terkait dalam hubungannya dengan negara, tentu ada pernyataan atau keterkaitan dengan agama atau keyakinan tertentu," lanjutnya.

Di luar itu menurut dia, terlebih yang sudah ditetapkan menjadi Hari Nasional, tentu menjadi ruang kebersamaan semua anak bangsa. Demikian juga terkait sisi sosial budaya Tahun Baru Imlek, menurutnya siapa saja boleh merayakan sebagai sebuah kebersamaan.

"Bahkan bagi negara majemuk seperti Indonesia, alangkah indahnya kalau bisa dirayakan secara bersama," lanjut pria tersebut.

Pihaknya berpesan agar masyarakat Indonesia manfaatkan setiap momentum hari raya apapun untuk terus meningkatkan keakraban sosial ataupun nasional.

Terakhir, Ia berharap supaya keharmonisan dalam tubuh bangsa Indonesia semakin kuat terjalin dan akrab. "Dengan keakraban tersebut, maka perlahan sekat-sekat pembatas yang kaku akan mencair," pungkasnya. (Vina)


BAGIKAN

Whatsapp Facebook Twitter