Pengurus Matakin menerima audiensi Komnas Perempuan pada hari Kamis tanggal 26 Mei 2016 pukul 13.00-15.00 di sekretariat Matakin. Ketua Umum Matakin, Drs. Uung Sendana L.Linggaraja., S.H, Wakil Ketua Perkhin (Perempuan Khonghucu Indonesia) Suryani dan beberapa pengurus Perkhin yang lain menerima Tim dari Komnas Perempuan ang terdiri dari Wakil Ketua Komnas Perempuan Budi Wahyuni, Ketua Subkom Pendidikan Komnas Perempuan Masruchah, Badan Pekerja Komnas Perempuan yaitu Tini Sastra, Mia Olivia, Salamun Ali Mafaz dan Khotib.
Wakil Ketua Komnas Perempuan Budi Wahyuni memulai audiensi dengan terlebih dahulu mengenalkan kegiatan yang sudah dilakukan oleh Komnas Perempuan bekerjasama dengan agama-agama termasuk dengan agama Khonghucu. Kerjasama ini tentu saja bertujuan untuk menghidupkan kembali ruh agama untuk penghapusan kekerasan terhadap perempuan.
Sementara itu Ketua Subkom Pendidikan Masruchah menyampaikan, Ketika Komnas Perempuan hadir pada tahun 1998, itu tidak terlepas dari adanya kekerasan terhadap perempuan yang dialami oleh komunitas Tionghoa. Komnas Perempuan setiap tahun mempunyai catatan tahunan. Dari hasil catatan tahunan Komnas Perempuan angka kekerasan terhadap perempuan semakin naik dari tahun ke tahun secara tajam, di tahun 2015 misalnya data Komnas Perempuan menyebutkan ada 293.222 kasus yang besar terjadi di ruang domestik atau di rumah. Padahal di rumah adalah bagaimana kita membangun kehidupan yang aman, nyaman menciptakan relasi keluarga yang harmonis. Kemudian di ruang komunitas termasuk di dalam komunitas agama.
Di ruang komunitas ini kasus kekerasan seksual berada di urutan pertama. Di dalam catatan Komnas Perempuan sejak tahun 2013 angkanya semakin tinggi. Artinya setiap satu jam atau dua jam ada korban yang melapor, belum lagi mereka yang tidak melapor karena dianggap aib dan tabu. Di tahun 2016 angkanya naik di 321.000 sekian. Itu artinya kasus kekerasan seksual dan kekerasan terhadap perempuan bukan kasus yang baru karena sekarang korban sudah mulai sadar untuk melaporkan kasus-kasus yang mereka alami juga ke komunitas agamanya.
Masruchah menyampaikan hadirnya buku Memecah Kebisuan yang bersinergi dengan komunitas agama cukup membantu untuk mensosialisasikan nilai-nilai agama terhadap penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Selain berstrategi dengan komunitas agama, Komnas Perempuan juga berstrategi dengan organisasi ekstra kampus yang berafiliasi dengan organisasi agama, dari organisasi ekstra kampus yang bersinergi dengan Khonghucu kemarin yang datang dari KBMK, karena kasus-kasus kekerasan di lingkungan kampus juga luar biasa.
Wakil Ketua Perkhin Suryani mengatakan, Matakin sudah mensosialisaskan Buku Memecah Kebisuan ke dalam khutbah-khutbah di agama Khonghucu supaya bisa dikenali oleh banyak orang. Di komunitas agama Khonghucu tidak menutup mata juga banyak terjadi kasus-kasus kekerasan. Misalnya kemarin ada yang mengalami kasus kekerasan yang melaporkan kepada Matakin. Tetapi ketika Matakin mau memprosesnya secara hukum dari internal keluarga korban mengatakan bahwa sebaiknya tidak ditindaklanjuti karena merupakan aib keluarga. Disini pengurus merasa dilematis, tetapi Matakin terus berupaya untuk melakukan semacam mediasi tentunya untuk kebaikan semuanya.
Sebagai penutup Ketua Umum Matakin Drs. Uung Sendana L.Linggaraja., S.H. menyampaikan, bahwa Matakin sendiri mempunyai beberapa kegiatan besar yang bisa dikerjasamakan dengan Komnas Perempuan. Dan di Perkhin sendiri ada agenda pertemuan reguler, di kesempatan-kesempatan itu selain ada kesenian kadang juga ada pelatihan-pelatihan. Di pengurusan Matakin kepengurusan tahun ini memang sedang intensif melakukan pelatihan-pelatihan salah satunya sedang melatih pengurus bagaimana cara berfikir bagaimana kita dalam memandang kehidupan. Bagaimana cara kita memandang terhadap perempuan dan laki-laki. Karena kita ketahui bersama di dalam budaya-budaya kita sering kali laki-laki dianggap sebagai mahluk pertama.
Matakin juga sedang mencoba memasukan isu kekerasan terhadap perempuan ke dalam kurikulum yang sedang dikembangkan di internal. Karena menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati penting dikembangkan di dalam lingkungan pendidikan. Seperti misalnya guru-gurunya juga harus mendidik anak ddidiknya dengan memakai hati dan pikiran. Matakin berharap adanya tindak lanjut kerjasama dengan Komnas Perempuan untuk penguatan pengurusnya, semisal training. Matakin dengan senang hati juga terus dilibatkan di dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan Komnas Perempuan. "Sebagai tindak lanjut nyata dari audiensi ini Matakin ingin menggandeng Komnas Perempuan dalam kegiatan-kegiatan pelatihan mereka," tutur Uung Sendana.