Wakil Presiden (Wapres) membuka The International Consultation on Multi-Religious Humanitarian Action: Addressing Violent Religious Extremism, Refugees and Migrant Crisis and Disaster Relief, di Kantor Wakil Presiden, Merdeka Timur, Kamis, 14 Januari 2015. Dalam sambutannya, Akibat berbagai konflik yang terjadi di Timur Tengah seperti Suriah dan Iraq, banyak penduduk di negara-negara tersebut mengungsi ke negara-negara Eropa. Namun, dalam perjalanan, banyak dari mereka meninggal di Laut Mediterania. “Ini adalah masalah kemanusiaan yang menjadi tanggung jawab kita bersama,” tegas Wakil Presiden.
Lebih jauh Wapres mencontohkan, konflik di Poso dan Ambon, disebabkan karena faktor ketidakadilan, baik ekonomi dan politik. Namun mereka berkeyakinan, dengan melakukan jihad mereka akan masuk surga. Wapres yang saat itu masih menjadi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat menekankan kepada kelompok Kristen dan Islam yang bertikai, bahwa mereka tidak akan mendapatkan surga, justru akan masuk neraka.
Sebelumnya Ketua Pusat Dialog dan Kerjasama antar Peradaban yang juga Co-President Religions for Peace Din Syamsudin menyampaikan acara ini merupakan konsultasi dari berbagai lembaga di dunia yang bergerak di bidang kemanusiaan. Tiga topik yang dibahas adalah ekstremisme agama, krisis migran dan pengungsi, serta bantuan bencana. “Pak Yusuf Kalla adalah orang yang sangat tepat untuk membicarakan ketiga hal tersebut,” ujar nya.
Pada acara tersebut dihadiri Dq. Uung Sendana beserta dengan perwakilan dari berbagai agama lainnya, Religions for Peace (RfP) adalah organisasi internasional terbesar yang terdiri dari perwakilan berbagai agama yang mendedikasikan pada isu perdamaian. Didirikan pada tahun 1970, organisasi ini bermarkas di New York, Amerika Serikat. Saat ini RfP memiliki perwakilan di 90 negara yang tersebar di seluruh benua.